Kenyataannya, kurang piknik memang berhubungan dengan kesehatan jiwa. Minimal membuatmu bahagia. Sudah jangan dulu bilang kalau orang yang bicara soal kurang piknik sebagai alasan ketidakbahagiaan adalah mereka yang kurang iman.
Hari ini berulang kali saya pasang hapus status di media sosial. Galau, katanya. Sepanjang hari, yang terbayang hanya pergi dari sini, sendiri, ke tempat yang ramai tapi tak dikenali.
Jalan-jalan menyenangkan hati.
Seakan sejenak melepas beban, dan melangkahkan kaki ke arah yang tidak harus pasti. Sejenak terbebas dari tuntutan itu dan tuntutan ini. Bebas, lepas. Kutinggalkan semua beban di hatiku. Kalau membaca sambil bernyanyi, kita sama.
Jalan-jalan menawarkan rasa sunyi yang dirindukan.
Siapa yang tidak bosan dan penat dengan keseharian yang sedemikian? Tidak bersyukur, katamu? Terserah.
Saat jalan-jalan, baik dengan teman atau keluarga dan terutama sendirian, benar lah yang namanya di keramaian tetap bisa merasa sepi. Karena kita adalah kita, mereka hanya mereka. Kelegaan yang datang dari perasan tidak mengenal siapa-siapa bisa membawa perasaan nyaman tersendiri.
Jalan-jalan untuk mulai kembali.
Melepas cukup sejenak perasaan dan beban yang rasanya terlalu berat. Bukan rindu. Hanya kehidupan. Karena lari dari kenyataan sama sekali bukan kenyataan, maka memberi waktu tenggang buat diri sendiri adalah hal yang baik. Sebagai bekal kekuatan, untuk pulang dan melanjutkan kembali.
Pada malam ini, saya ingin pergi.