Kekerasan dan juga pornografi yang mulai merambah usia anak, menuding TV sebagai salah satu penyebab rusaknya moral bangsa. Anak diajarkan bagaimana merundung orang lain dan menertawakannya seakan itu adalah hal yang wajar dan lucu. Diajarkan bahwa memakai baju minim dan terlihat seksi adalah hal yang membuat orang menyukaimu. Diajarkan soal hidup konsumtif. Diajarkan banyak hal buruk karena menonton TV terlalu dini.
Maaf kalau saya harus bilang, saya team TV. Agak sulit membiasakan anak tanpa TV, dengan kedua orang tua yang terlalu mencintai TV, bahkan acara makan kurang sedap kalau tidak sambil menonton TV. Mungkin agak berlebihan, namun TV adalah bagian mutlak dari kehidupan.
Jangan selalu menyalahkan benda sebagai objek penderita. Yang salah bukan bendanya, tapi orang tua sebagai subjek yang gagal mendampingi anak dalam menonton TV.
Ada beberapa hal yang wajib hukumnya untuk diperhatikan oleh orang tua saat anak menonton TV:
Ketiga hal di atas adalah apa yang saya terapkan untuk Blissy. Bagi saya, menonton membawa efek positif buat dirinya. Anak saya punya banyak kosakata berbahasa Inggris di usianya yang baru 4 tahun, karena memang saya memfasilitasinya dengan TV kabel. Yang ditonton setiap hari di jatahnya menonton adalah saluran anak. Blissy juga bisa mengarang cerita seakan berdialog saat sedang bermain sendiri dengan mainannya.
Hingga detik ini, saya adalah pecinta TV. Apabila anak saya tumbuh seperti saya, maka biarkanlah. Yang penting adalah mengajarkannya untuk membedakan mana tontonan berkualitas dan mana yang hanya sampah dunia hiburan.
Say no to “Say No to TV”.
numpang singgah mbak
Kalau TV sih menurut saya masih aman, karena tontonannya masih dalam pengawasan KPI. Yang agak ngeri itu Youtube, banyak kata2 yang tidak pantas ditiru anak2 di sana.