If its Not So Important To U, Well It Is For Me

some things are better left written

menutup si long weekend

Long weekend yang diisi dengan banyak kebahagiaan… Rasanya
saya memang musti banyak bersyukur pada Allah karena semua berkahnya
yang datang pada saya belakangan ini, dan satu lagi yang saya yakin
akan datang sebentar lagi, kelulusan saya!

 

Sebetulnya
kalau kami sekeluarga sendiri tidak pergi kemana-mana liburan ini.
Tadinya mau ke Ciater, tapi oh tapi semua udah pada fully booked jadi
next time maybe sajalah… kumat nih lagi make bahasa campur sari heheheu… jalan-jalan dan lagi-lagi main di BSM sebagaimana yang biasa kami lakukan kalau papa pulang ataupun kalau papa ngasih uang :p

 

Bukan
bukan… itu memang menyenangkan dan saya tidak ada bosan-bosannya main
di arena kebodohan buang-buang duit itu! Tapi yang paling berkesan buat
saya adalah satu percakapan yang saya lalui bersama papa di siang hari
ditengah makan siang yang dengan suksesnya menurunkan selera makan setelah babeh sholat Jumat dan mungkin ingin berbagi ceramah dengan saya…

 

Hal pertama yang ditanyakan papa adalah Kamu kenapa kemarin sampai putus sama ical?
Hm… ada yang nanya lagi setelah hampir dua bulan berlalu dan saya
sudah melewati semua tahap mulai dari depresi hingga ke penerimaan dan
akhirnya menemukan jawaban atas semua pertanyaan, eh ini baru nanya
lagi? Pengennya sih kemaren bilang Please deh pah… penting gitu dibahas lagi?
Tapi karena saya tau papa saya mungkin hanya ini bridging saja untuk
menyampaikan suatu wejangan yang dianggapnya penting buat anaknya yang
dianggapnya sudah dewasa tapi belum jadi apa-apa.

 

Dan
dimulai lagilah satu sesi tentang masa depan! Hmmm… diceritakannya
enaknya gimana dulu yah… Awalnya sih setelah saya jawab Ya… karna komunikasi yang ga bener aja kali pa… Lagian emang ga cocok aja kayanya… Papa menatap saya dan berkata Sya…
satu hal yang harus kamu selalu ingat ya… sama siapapun kamu
berhubungan itu, kamu jangan pernah lupa bahwa kamu itu adalah
perempuan! Kamu harus hormat sama laki-lakimu… Ga peduli
apakah kamu lebih jago dalam hal apapun, lebih pintar, lebih kaya atau
apapun, kamu itu perempuan, ga boleh sombong dihadapan laki-laki. Harus
menghormati laki-laki,
bagaimanapun itu adalah kodrat kamu sebagai
perempuan… Kamu harus bisa kaya Aisyah istri Nabi, harus seperti itu!
Mana pernah Islam mengajarkan soal emansipasi? Bahwa perempuan dan
laki-laki itu harus sama? Dimana-mana perempuan pasti harus tunduk pada
lelaki sebagai imamnya!

 

Dan dalam hati saya tidak bisa berhenti berpikir huhuhuhu
kalau saja papa saya ngomong di depan lokakarya kesetaraan gender, ini
dijamin akan memancing satu dan lain opini yang mungkin sekali akan
panjang ini…

 

Dan belum selesai! Papa masih saja melanjutkan ceramah kepada putri pertamanya yang kira-kira seperti ini Dan
kamu jangan pernah bilang bahwa kamu putus karena kamu ga cocok atau
apa, karena semua yang terjadi pada diri kamu, pada siapa saja, itu
semua karena Allah. Kamu putus sama dia pasti Allah sudah punya rencana
lain buat kamu
.
Dan nantinya dengan siapapun kamu akan berakhir, papa ga akan menentang
kamu atau apa, karena papa yakin, dan kamu juga harus yakin, bahwa
semua hal yang terjadi itu karena Allah…

 

Contohnya
aja papa sekarang, papa kerja di Medan jauh dari keluarga papa, sampai
papa ga pernah sempat dekat sama kalian anak-anak papa, dan papa sering
dimaki-maki di tahun-tahun awal sama bos papa di depan bawahan papa,
kalau papa ini adalah papa yang dulu, pasti papa udah hajar bos papa
dan papa kabur dari
sana 

sana


kembali aja kerumah! Tapi papa sadar, kalau papa berbuat seperti itu,
berarti papa harus nganggur, dan kalau papa yang nganggur, berarti papa
dosa, dosa karena papa tidak bertanggung jawab pada kalian keluarga
papa. Papa udah ga tahan, tapi papa berusaha buat sabar, dan
mengembalikan semuanya dengan berdoa sama Allah karena papa yakin semua
ini memang karena Allah juga, maka papa mohon jalan papa dimudahkan…
karena papa sayang keluarga papa, papa sayang kalian semua.
 
Ah…
aku selalu mau menangis kalau beliau sudah bicara seperti ini, i never
really hate my father after all, even for all that he’s done to us.
Papa
terus berdoa dan Alhamdulillah makin kesini keadaannya makin baik. Papa
tau papa sedang jihad. Inilah jihad papa yang sebenarnya. Bukan kaya
orang tolol yang teriak-teriak anti Amerika dan mau ikutan perang
dimana-mana. Itu bukan bagian kita!
Jihad kita adalah menjalani apa yang jadi kewajiban kita! 
See… dalam hal begini juga saya dan papa sepemikiran… ah… saya memang anak papa saya bagaimanapun. Kalau papa ga menjalani kewajiban papa, berarti papa dosa… Karena memang ini jalan yang dititipkan Allah buat papa…
 

 

Hm… sebentar lagi masuk ke bagian yang membuat aku jadi berpikir banyak bahkan setelah sesi percakapan ini selesai… Kamu juga! Kewajiban kamu itu kan menyelesaikan sekolah kamu, menyelesaikan skripsi kamu.
Setiap orang itu akan diuji dalam hidupnya. Papa juga sudah mengalami
banyak ujian. Dan skarang salah satu ujian kamu ya menyelesaikan
skripsi itu untuk lulus. Setelah itu papa inginnya kamu cepet
ngelanjutin ke S2
.
Sampai disini saya sempat berkomentar kalau soal S2 saya masih ingin pikir-pikir dulu, papa saya melanjutkan… Kamu
itu kalau bisa, jadilah orang yang bisa berguna buat orang banyak…
bukan berguna buat diri sendiri saja… coba kamu pikirin, kalo kamu
jadi psikolog, dan kamu bisa bantu orang yang stress jadi ga stress
lagi dan kamu tidak menuntut bayaran apapun dari dia, atau kalau ada
orang yang jahat kamu bantu rubah jadi baik lagi,
kamu akan berguna bagi orang banyak,
dan kamu harus ingat, bahwa semua itu jadinya pahala yang ga akan
pernah berhenti! Kamu harus pikirkan juga bahwa ini adalah kewajiban
kamu, makanya papa sekarang dikasih pekerjaan sama Allah gajinya gede
juga, papa yakin bahwa ini adalah cara Allah ngasih kesempatan buat
kamu sekolah! Sekarang kamu ga boleh nyia-nyiain kesempatan, karena
sapa yang tau papa akan kerja sampai kapan? Mumpung papa masih mampu…

 

Hm….
sejujur-jujurnya, it was like a slap in the face! Saya merasa
dibangunkan dan disadarkan. Kenapa ya selama ini saya selalu menolak
melanjutkan S2? Karena biaya? Ah… ga juga… Karena saya pikir itu
susah? Hm… rasanya pada intinya Cuma karena saya MALAS
saja! Saya ga mau susah, saya bukan orang yang mau repot, dan rasanya
ga akan seberguna itu buat saya. Tapi saya jadi berpikir, oke ini ga
seberguna itu buat saya, tapi alangkah bagusnya kalau memang ini bisa
berguna buat orang banyak? Siapa tahu bahwa memang ini adalah jalan saya, karena saya sudah memikirkan bahwa saya akan jadi psikolog muda dan sukses jauh dari saya masih remaja!  Dan
memang Allah menuntun saya menuju kesana, saya tidak boleh menolak
jalan saya karena memang itulah yang terbaik yang dipersiapkan Allah
buat saya… Ah… lagi-lagi saya ingin menangis… menangis karena
bodoh!

 

Sedikit lagi… sedikit lagi petuah papa saya selesai. Jadi
sekarang kamu mendingan cepetan kerjain skripsi kamu, berkegiatanlah
kamu. Jangan karena sekarang kamu ga punya pacar kamu jadi ga ngerjain
apa-apa. Jangan dijadiin pacaran sebagai kegiatan utama kamu, tapi
nantinya kalau kamu punya pacarpun itu harus jadi satu penyemangat buat
kamu melanjutkan hidup kamu dan mengeluarkan sisi kamu yang terbaik!
Apapun jadinya kamu, sepintar apapun kamu, sekaya apapun kamu nantinya,
kamu tetap ada di bawah suami.
Oh I will keep that in mind, Pap! I promise you this time! Dan
papa ingetin sama kamu, mencari suami itu papa ga peduli nantinya kamu
mau sama orang yang kaya apapun, mau itu pemulung atau sampai yang
mukanya kaya monyet juga
Oh puhlease deh paaaaaah!!! Yang
penting dia sayang sama kamu, menghormati kamu, dan yang paling penting
dia soleh dan takut sama ALLAH. Orang yang takut sama Allah akan takut
juga buat menyia-nyiakan kamu
. Hm… tak tahan aku pengen tersenyum.
Dan
selalu ingat bahwa kamu adalah perempuan yang harus menuruti suami,
makanya sebisa mungkin kamu carilah suami yang bisa jadi imam kamu
dalam segala hal.
Dan ingat, bahwa semuanya terjadi karena Allah.
 

 

Dan
kami menutup sesi dengan saling tersenyum penuh pengertian. Hm… mungkin
papa bisa sedikit lega, karena segila apapun anaknya ini terlihatnya,
se-seenaknya­-pun anak ini selama ini, tetap saja,
selain
jadi Psikolog-Penyiar-Penulis, sejak awal saya sudah punya satu
cita-cita yang paling tinggi, yang kadang orang menganggap saya shallow
Cuma karena saya memiliki ini sebagai greatest goalnya saya, bahwa anak
papa ini, Cuma ingin jadi istri dan ibu yang baik bagi keluarganya!
 Jadi
papa bisa lega sekarang, karena saya tau kok, bukan masalah kodrat
perempuan dibawah lelaki atau apapun, tapi memang itu jalan yang saya
mau buat jadi jalannya saya.

 

Hm… long weekend yang panjang, menyenangkan, dan sedikit berat!
Hehehe… Apalagi ya yang terjadi kemarin? Ah… tentu… semakin dan semakin
lagi menyadari sesuatu dan semakin lagi yakin bahwa memang ini adalah jalannya Allah kalau kata papa, ya,
My fate that coming my way. Something to be grateful about… And I am! I am grateful… Alhamdulillah for all blessing that cant even count. Thanks my DEAR LORD…

 

Oke! Besok minggu baru lagi! SKRIPSI!!!!!! I’M DEALING WITH YOU!!!!

Leave a comment

Information

This entry was posted on March 22, 2008 by in Uncategorized.

i Wrote About:

My First Baby

My Day By Day